JAKARTA, GirPos.com – Gempa Bumi mengguncang Sumedang, Jawa Barat, pada Minggu, 31 Desember 2023 dengan kekuatan M 4,8.
Gempa Sumedang juga memunculkan gempa susulan pada Selasa, 2 Januari 2024 pukul 14.35 WIB dengan kekuatan M 2,7 seperti dilansir detikcom.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan pada Senin (1/1/2024), bahwa gempa ini dipicu oleh sesar yang belum terpetakan.
Gempa bumi ini tergolong gempa dangkal yang memiliki mekanisme pergerakan geser atau strike-slip.
“Wilayah Sumedang merupakan kawasan rawan gempa karena lokasi yang berdekatan beberapa jalur sesar aktif seperti sesar lembang, sesar baribis, dan sesar aktif lainnya yang belum teridentifikasi dan terpetakan,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di kanal YouTube BMKG.
Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dalam laman resminya mengungkapkan jika gempa ini diakibatkan oleh sesar aktif Cileunyi Tanjungsari.
Sebaran sesar ini bermula dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles.
“Dari data BMKG, maka kejadian gempa bumi ini diperkirakan akibat aktivitas sesar aktif yaitu Sesar Cileunyi – Tanjungsari. Menurut data BG Sesar Cileunyi – Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri, sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dan nilai laju geser berkisar antara 0,19 – 0,48 mm/tahun,” tulis Kajian Kejadian tersebut.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, juga mengatakan hal yang sama, bahwa gempa Sumedang diduga sebagai terusan dari sesar Cileunyi Tanjungsari.
“Lokasi 3 episenter Gempa Sumedang terletak berdekatan dengan jalur Sesar Cileunyi-Tanjungsari sehingga Gempa Sumedang ini diduga sebagai terusan dari Sesar Cileunyi -Tanjungsari,” ucapnya melalui akun @DaryonoBKMG di media X (twitter) pada Senin, 1/1/2024.
Menanggapi peristiwa ini, dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr. Ismawan, mengungkapkan sesar di Jawa Barat diakibatkan proses tumbukan lempeng tektonik Indo-Australia di selatan Jawa yang berlangsung setiap saat.
Dampak dari tumbukan tersebut kemudian menyebar dan dikonversi menjadi energi kinetik.
“Begitu ada bidang-bidang ‘lemah’, di situlah dia akan bergerak. Mungkin awalnya tidak bergerak karena masih bisa ditahan (oleh lempeng yang ada), begitu ada energi, jebol, di situlah terjadi gempa,” papar Ismawan dalam laman Unpad, dikutip Selasa (2/1/2024).
Menurutnya, Jawa Barat memiliki sejumlah sesar aktif dan sesar kecil yang sudah dipetakan. Namun di luar itu, ada banyak potensi sesar yang belum terpetakan.
Soal gempa bumi di Sumedang, Ismawan meyakini bahwa peristiwa tersebut bukan karena aktivitas sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Ismawan juga melihat dari focal mechanism gempa bumi yang terjadi, diperkirakan arah sesar yang terlihat relatif dari barat ke timur.
“Sehingga kalau dibandingkan dengan sesar Cileunyi-Tanjungsari, itu arahnya berbeda,” jelasnya.
Melihat lokasi episentrum gempa bumi yang berada di wilayah pusat kota Sumedang, Ismawan mengatakan bahwa lokasi ini sebelumnya belum pernah terjadi gempa Bumi.
“Ini harus dilakukan penelitian lebih jauh. Pemda dan ahli geologi harus menjelaskan ini sesar apa. Kalau sesar baru dia arahnya dari mana sampai di mana,” imbuhnya.